Nama Kelompok : 1. Audia Elfika Wardhani (21212240)
2. Baron Adhitama (28212097)
Faktor-faktor Penyebab Inflasi di Indonesia
Definisi Inflasi
Inflasi adalah kenaikan
harga-harga umum yang terjadi secara terus-menerus selama periode tertentu.
Inflasi menunjukkan kecenderungan naiknya harga-harga umum barang dan jasa yang
berlangsung secara terus-menerus. Kenaikan harga tidak harus selalu dalam nilai
atau presentasi yang sama. Kenaikan harga yang terjadi satu kali atau tidak
terus-menerus, atau hanya temporer, atau tidak berdampak luas, maka tidak
dikategorikan sebagai inflasi.
Penyebab Terjadinya Inflasi di Indonesia
Bermacam
data fundamental ekonomi dalam negeri selalu dirilis oleh pemerintah pada
setiap awal bulan. Baik
berupa data neraca perdagangan, ekspor-impor, maupun data inflasi Indonesia.
Salah satu yang merupakan data penting dan
selalu menjadi perhatian ialah data inflasi. Menurut ilmu ekonomi, secara sederhana Inflasi dapat diartikan sebagai
peristiwa terjadinya kenaikan harga barang-barang umum secara terus menerus
yang berkaitan dengan mekanisme pasar dalam suatu periode tertentu.
Mekanisme pasar di sini tentu berkaitan dengan hukum permintaan
dan penawaran dari suatu barang atau jasa tertentu. Sedangkan kebalikan dari
Inflasi ialah deflasi. Pada konteks Indonesia, inflasi lebih sering terjadi
dibandingkan dengan deflasi. Berbeda dengan Jepang misalnya yang lebih
cenderung dalam jangka panjang mengalami deflasi secara terus menerus.
Pada dasarnya yang menjadi penyebab inflasi secara umum ada dua
faktor, yaitu :
1.
Demand Pull Inflation
Demand pull inflation adalah inflasi yang
terjadi karena naiknya permintaan, dan biasanya terjadi pada momen-momen
tertentu. Inflasi jenis ini biasa dikenal juga dengan istilah Philips Curve
Inflation. Inflasi ini dipicu oleh adanya interaksi antara permintaan dan
penawaran terhadap barang dan jasa domestik dalam jangka panjang yang banyak
dibutuhkan oleh masyarakat.
Inflasi ini biasa terjadi pada masa
perekonomian yang tumbuh dengan cepat. Adanya kesempatan kerja yang tinggi
menimbulkan tingkat pendapatan yang tinggi dan selanjutnya menyebabkan
pengeluaran yang melebihi kemampuan ekonomi dalam memproduksi barang dan jasa.
Pengeluaran yang berlebihan ini pada akhirnya dapat menimbulkan inflasi.
Untuk di negara Indonesia terjadinya demand
pull inflation disebabkan oleh tingginya permintaan barang dan jasa relative
terhadap ketersediannya. Artinya barang dan jasa yang diminta relative tinggi
dibanding ketersediaan barang dan jasa yang diminta. Dalam makro ekonomi
inflasi ini digambarkan dengan output rill yang melebihi output potensial, atau
permintaan total, atau aggregat demand lebih besar daripada kapasitas
perekonomian.
Misalnya saja datangnya tahun ajaran baru, hal
ini biasanya akan meningkatkan permintaan pemenuhan kebutuhan biaya dan
perlengkapan sekolah. Contoh peristiwa lainnya yaitu menjelang datangnya bulan
Ramadhan hingga Hari Raya Idul Fitri. Adanya peningkatan terhadap kebutuhan
masyarakat tentu membuat permintaan dan harga terhadap barang-barang tertentu
menjadi naik. Mulai dari kebutuhan pokok, makanan, pakaian bahkan juga
harga-harga kebutuhan sekunder lainnya pun akan bergerak naik. Imbasnya, pada
waktu tersebut akan meningkatkan inflasi di dalam negeri.
2.
Cost Push Inflation
Cost push inflation adalah inflasi yang
disebabkan oleh adanya kenaikan suatu biaya tertentu yang mempengaruhi naiknya
biaya atau harga terhadap kebutuhan lainnya. Inflasi ini biasa disebut dengan
inflasi guncangan penawaran atau inflasi desakan biaya faktor-faktor produksi
secara terus-menerus dalam jangka waktu tertentu. Inflasi ini terjadi akibat
didesak oleh naiknya biaya dari faktor produksi.
Inflasi desakan biaya biasa terjadi pada masa
perekonomian yang sedang tumbuh pesat dengan pengangguran yang relative rendah.
Disini supply tenaga kerja sangat terbatas. Adanya permintaan yang tinggi pada
barang produksi terhadap perusahaan, sementara jumlah tenaga kerja terbatas.
Perusahaan akan menaikkan produksi dengan memberi upah atau gaji lebih tinggi
dan mencari karyawan baru dengan tawaran upah atau gaji yang relative tinggi.
Kebijakan ini menimbulkan biaya produksi
menjadi tinggi, sehingga harga barang atau produk menjadi lebih tinggi juga.
Kenaikan biaya dari faktor produksi dapat diakibatkan oleh depresiasi atau
turunnya nilai tukar mata uang domestik terhadap mata uang asing. Bahan baku
dan barang dari luar negeri menjadi lebih mahal di dalam negeri. Terjadinya
inflasi di luar negeri, khususnya negara-negara partner dagang. Inflasi luar
negeri naik menyebabkan bahan baku atau barang atau produk dari luar negeri
menjadi naik.
Inflasi guncangan penawaran dapat pula terjadi
akibat negative supply shock. Penurunan penawaran ini dapat disebabkan oleh
bencana alam, atau hal-hal lain. Selain itu inflasi supply shock dapat terjadi
karena pemerintah menaikkan harga-harga komoditi tertentu.
Dapat digambarkan dengan contoh sederhana yaitu
naiknya harga bahan bakar minyak (BBM). Adanya
kenaikan pada harga BBM maka juga akan meningkatkan biaya produksi dan
distribusi. Pengusaha atau produsen yang tidak ingin kehilangan profit tentunya
akan membebankan kenaikan biaya tersebut pada harga penjualan barangnya. Hal
ini akan berakibat pada harga barang-barang lain pun secara bersama-sama ikut
mengalami kenaikan sehingga terjadilah inflasi.
3. Mixed Inflation
Inflasi campuran
merupakan inflasi yang disebabkan oleh kenaikan permintaan dan kenaikan
penawaran. Perilaku permintaan dan penawaran tidak seimbang. Permintaan
terhadap barang atau jasa bertambah, hal ini mengakibatkan faktor produksi dan
penyediaan barang menjadi turun.
Sementara substitusi atau
barang pengganti terbatas atau bahkan tidak ada. Keadaan ini, pada akhirnya
menyebabkan harga menjadi naik. Inflasi ini menjadi semakin sulit dikendalikan
atau diatasi, ketika kenaikan supply lebih tinggi atau setidaknya sama dengan
kenaikan demand.
4. Expected Inflation
Inflasi ekspektasi
adalah inflasi yang terjadi akibat adanya perilaku masyarakat secara umum yang
bersifat adatif atau forward looking. Dalam hal ini, masyarakat menilai bahwa
di masa yang akan datang kondisi ekonomi menjadi semakin baik dari masa
sebelumnya.
Harapan masyarakat
ini dapat menyebabkan terjadinya demand pull inflation maupun cost push
inflation. Hal ini tergantung pada harapan masyarakat yang mana yang akan lebih
baik dan bagaimana kondisi persediaan barang dan faktor produksi saat itu dan
masa yang akan datang. Inflasi jenis ini relative sulit untuk dideteksi secara pasti,
sehingga kejadiannya kurang diperhatikan.
Komponen-komponen Inflasi
Komponen inflasi yang terjadi di Indonesia terdiri dari
komponen harga bergejolak (volatile foods), komponen harga yang diatur
pemerintah (administered price), komponen inti (core inflation, dan inflasi
karena naiknya harga barang impor (imported inflation).
1.
Volatile Foods
Kategori yang tergolong dalam volatile foods
ialah harga-harga barang yang ter-refleksi dari Indeks Harga Konsumen (IHK).
Untuk saat ini IHK meliputi 7 kategori yang terdiri dari, yaitu:
a) Bahan
makanan
b) Makanan
jadi, minuman, rokok dan tembakau
c) Perumahan,
air, listrik, gas dan bahan bakar
d) Sandang
e) Kesehatan
f) Pendidikan,
rekreasi dan olahraga
g) Transport
dan komunikasi serta jasa keuangan
Jadi, apabila terjadi kenaikan harga terhadap
ketujuh kategori di atas, maka komponen volatile foods akan bergerak naik dan
memicu laju inflasi dalam negeri.
Kenaikan harga bahan makanan ini juga dikenal
dengan istilah Agflasi atau Agriculture Inflation, ialah inflasi yang
disebabkan oleh naiknya harga-harga pada produk pertanian.
2.
Administered Price
Adapun untuk administered price, terdapat
beberapa contoh yang sering terjadi di Indonesia, seperti kenaikan harga bahan
bakar minyak (BBM) bersubsidi. Oleh sebab itu, ketika harga BBM bersubsidi
harganya dinaikkan oleh pemerintah, maka akan memicu inflasi di dalam negeri. Namun, saat ini masyarakat nampaknya
sudah mulai menyesuaikan diri terhadap kebutuhannya dan beradaptasi dengan
kenaikkan BBM itu sendiri sehingga kenaikan inflasi akibat BBM cenderung
berangsur turun. Maka, inflasi yang terjadi pada bulan-bulan berikutnya
cenderung menjadi lebih rendah dibandingkan pada bulan pertama dan kedua
diterapkannya harga baru untuk BBM bersubsidi. Di samping itu, contoh lain
misalnya juga terjadi ketika ada kebijakan pemerintah untuk menaikkan tarif
dasar listrik, maupun kenaikkan tarif tol, biasanya akan juga memicu terjadinya
inflasi.
3.
Core Inflation
Berikutnya yaitu core inflation atau disebut
juga dengan underflying inflation merupakan inflasi yang cenderung tetap dalam
setiap pergerakan laju inflasinya. Inflasi ini cenderung mampu dipengaruhi atau
dikendalikan oleh Bank Sentral atau BI karena pada umumnya bersifat demand pull
inflation atau terjadi karena naiknya permintaan pada momen tertentu. Artinya, bila inflasi inti cenderung
naik, maka daya beli masyarakat juga akan turun dikarenakan kenaikan suku bunga
acuan, sehingga inflasi akan mereda dengan sendirinya secara keseluruhan.
4.
Imported Inflation
Laju inflasi yang terjadi pada komponen ini cenderung
dipengaruhi oleh kebutuhan masyarakat terhadap barang-barang impor yang semakin
banyak. Kebijakan stabilitas nilai tukar rupiah merupakan cara cepat yang biasa
dilakukan dalam menangani inflasi jenis ini. Menguatnya
nilai tukar rupiah akan menekan laju imported inflation seperti yang pernah
terjadi pada tahun 2011 lalu. Namun juga terjadi sebaliknya apabila rupiah
mengalami depresiasi, maka tingkat inflasi pada barang-barang impor juga
berpotensi menalami kenaikan.
Pengaruh Kondisi Geografis Terhadap Laju Inflasi di
Indonesia
Faktor lainnya yang juga sangat penting dalam mempengaruhi
tingginya inflasi di dalam negeri ialah kondisi geografis Indonesia yang
merupakan negara kepulauan. Dibandingkan negara lain di kawasan Asia, inflasi Indonesia
cenderung tinggi.
Sebab, kondisi geografis Indonesia yang berupa negara
kepulauan ini mengakibatkan munculnya tambahan ongkos transportasi (distribusi)
antar pulau yang biasanya juga mempengaruhi tingginya harga jual barang-barang,
khususnya untuk daerah-daerah yang terletak di wilayah Indonesia timur. Dari uraian singkat di atas,
tentunya kita sudah dapat melihat dan mengetahui tentang faktor apa saja yang
menjadi penyebab inflasi di Indonesia.
Namun, perlu juga diketahui bahwa adanya inflasi merupakan
hal yang baik untuk kondisi perekonomian suatu Negara dibandingkan bila terjadi
deflasi. Sebab, adanya inflasi terutama yang dipicu oleh demand pull inflation
adalah sebagai indikasi tingginya permintaan yang akan mendorong pertumbuhan
ekonomi secara keseluruhan.
Maka, di setiap Negara pun biasanya memiliki kebijakan
terhadap target laju inflasi yang masih dianggap nyaman dan membuktikan
terjadinya pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
Daftar Pustaka