Minggu, 17 April 2016

Akuntansi Internasional

Nama Kelompok : 1. Audia Elfika Wardhani (21212240)
                                2. Baron Adhitama (28212097)


Faktor-faktor Penyebab Inflasi di Indonesia


Definisi Inflasi
Inflasi adalah kenaikan harga-harga umum yang terjadi secara terus-menerus selama periode tertentu. Inflasi menunjukkan kecenderungan naiknya harga-harga umum barang dan jasa yang berlangsung secara terus-menerus. Kenaikan harga tidak harus selalu dalam nilai atau presentasi yang sama. Kenaikan harga yang terjadi satu kali atau tidak terus-menerus, atau hanya temporer, atau tidak berdampak luas, maka tidak dikategorikan sebagai inflasi.

Penyebab Terjadinya Inflasi di Indonesia
Bermacam data fundamental ekonomi dalam negeri selalu dirilis oleh pemerintah pada setiap awal bulan. Baik berupa data neraca perdagangan, ekspor-impor, maupun data inflasi Indonesia. Salah satu yang merupakan data penting dan selalu menjadi perhatian ialah data inflasi. Menurut ilmu ekonomi, secara sederhana Inflasi dapat diartikan sebagai peristiwa terjadinya kenaikan harga barang-barang umum secara terus menerus yang berkaitan dengan mekanisme pasar dalam suatu periode tertentu.
Mekanisme pasar di sini tentu berkaitan dengan hukum permintaan dan penawaran dari suatu barang atau jasa tertentu. Sedangkan kebalikan dari Inflasi ialah deflasi. Pada konteks Indonesia, inflasi lebih sering terjadi dibandingkan dengan deflasi. Berbeda dengan Jepang misalnya yang lebih cenderung dalam jangka panjang mengalami deflasi secara terus menerus. 
Pada dasarnya yang menjadi penyebab inflasi secara umum ada dua faktor, yaitu :
1.      Demand Pull Inflation
Demand pull inflation adalah inflasi yang terjadi karena naiknya permintaan, dan biasanya terjadi pada momen-momen tertentu. Inflasi jenis ini biasa dikenal juga dengan istilah Philips Curve Inflation. Inflasi ini dipicu oleh adanya interaksi antara permintaan dan penawaran terhadap barang dan jasa domestik dalam jangka panjang yang banyak dibutuhkan oleh masyarakat.
Inflasi ini biasa terjadi pada masa perekonomian yang tumbuh dengan cepat. Adanya kesempatan kerja yang tinggi menimbulkan tingkat pendapatan yang tinggi dan selanjutnya menyebabkan pengeluaran yang melebihi kemampuan ekonomi dalam memproduksi barang dan jasa. Pengeluaran yang berlebihan ini pada akhirnya dapat menimbulkan inflasi.
Untuk di negara Indonesia terjadinya demand pull inflation disebabkan oleh tingginya permintaan barang dan jasa relative terhadap ketersediannya. Artinya barang dan jasa yang diminta relative tinggi dibanding ketersediaan barang dan jasa yang diminta. Dalam makro ekonomi inflasi ini digambarkan dengan output rill yang melebihi output potensial, atau permintaan total, atau aggregat demand lebih besar daripada kapasitas perekonomian.
Misalnya saja datangnya tahun ajaran baru, hal ini biasanya akan meningkatkan permintaan pemenuhan kebutuhan biaya dan perlengkapan sekolah. Contoh peristiwa lainnya yaitu menjelang datangnya bulan Ramadhan hingga Hari Raya Idul Fitri. Adanya peningkatan terhadap kebutuhan masyarakat tentu membuat permintaan dan harga terhadap barang-barang tertentu menjadi naik. Mulai dari kebutuhan pokok, makanan, pakaian bahkan juga harga-harga kebutuhan sekunder lainnya pun akan bergerak naik. Imbasnya, pada waktu tersebut akan meningkatkan inflasi di dalam negeri.

2.      Cost Push Inflation
Cost push inflation adalah inflasi yang disebabkan oleh adanya kenaikan suatu biaya tertentu yang mempengaruhi naiknya biaya atau harga terhadap kebutuhan lainnya. Inflasi ini biasa disebut dengan inflasi guncangan penawaran atau inflasi desakan biaya faktor-faktor produksi secara terus-menerus dalam jangka waktu tertentu. Inflasi ini terjadi akibat didesak oleh naiknya biaya dari faktor produksi.
Inflasi desakan biaya biasa terjadi pada masa perekonomian yang sedang tumbuh pesat dengan pengangguran yang relative rendah. Disini supply tenaga kerja sangat terbatas. Adanya permintaan yang tinggi pada barang produksi terhadap perusahaan, sementara jumlah tenaga kerja terbatas. Perusahaan akan menaikkan produksi dengan memberi upah atau gaji lebih tinggi dan mencari karyawan baru dengan tawaran upah atau gaji yang relative tinggi.
Kebijakan ini menimbulkan biaya produksi menjadi tinggi, sehingga harga barang atau produk menjadi lebih tinggi juga. Kenaikan biaya dari faktor produksi dapat diakibatkan oleh depresiasi atau turunnya nilai tukar mata uang domestik terhadap mata uang asing. Bahan baku dan barang dari luar negeri menjadi lebih mahal di dalam negeri. Terjadinya inflasi di luar negeri, khususnya negara-negara partner dagang. Inflasi luar negeri naik menyebabkan bahan baku atau barang atau produk dari luar negeri menjadi naik.
Inflasi guncangan penawaran dapat pula terjadi akibat negative supply shock. Penurunan penawaran ini dapat disebabkan oleh bencana alam, atau hal-hal lain. Selain itu inflasi supply shock dapat terjadi karena pemerintah menaikkan harga-harga komoditi tertentu.
Dapat digambarkan dengan contoh sederhana yaitu naiknya harga bahan bakar minyak (BBM). Adanya kenaikan pada harga BBM maka juga akan meningkatkan biaya produksi dan distribusi. Pengusaha atau produsen yang tidak ingin kehilangan profit tentunya akan membebankan kenaikan biaya tersebut pada harga penjualan barangnya. Hal ini akan berakibat pada harga barang-barang lain pun secara bersama-sama ikut mengalami kenaikan sehingga terjadilah inflasi.

3.      Mixed Inflation
Inflasi campuran merupakan inflasi yang disebabkan oleh kenaikan permintaan dan kenaikan penawaran. Perilaku permintaan dan penawaran tidak seimbang. Permintaan terhadap barang atau jasa bertambah, hal ini mengakibatkan faktor produksi dan penyediaan barang menjadi turun.
Sementara substitusi atau barang pengganti terbatas atau bahkan tidak ada. Keadaan ini, pada akhirnya menyebabkan harga menjadi naik. Inflasi ini menjadi semakin sulit dikendalikan atau diatasi, ketika kenaikan supply lebih tinggi atau setidaknya sama dengan kenaikan demand.

4.      Expected Inflation
Inflasi ekspektasi adalah inflasi yang terjadi akibat adanya perilaku masyarakat secara umum yang bersifat adatif atau forward looking. Dalam hal ini, masyarakat menilai bahwa di masa yang akan datang kondisi ekonomi menjadi semakin baik dari masa sebelumnya.
Harapan masyarakat ini dapat menyebabkan terjadinya demand pull inflation maupun cost push inflation. Hal ini tergantung pada harapan masyarakat yang mana yang akan lebih baik dan bagaimana kondisi persediaan barang dan faktor produksi saat itu dan masa yang akan datang. Inflasi jenis ini relative sulit untuk dideteksi secara pasti, sehingga kejadiannya kurang diperhatikan.
Komponen-komponen Inflasi
Komponen inflasi yang terjadi di Indonesia terdiri dari komponen harga bergejolak (volatile foods), komponen harga yang diatur pemerintah (administered price), komponen inti (core inflation, dan inflasi karena naiknya harga barang impor (imported inflation).

1.      Volatile Foods
Kategori yang tergolong dalam volatile foods ialah harga-harga barang yang ter-refleksi dari Indeks Harga Konsumen (IHK). Untuk saat ini IHK meliputi 7 kategori yang terdiri dari, yaitu:
a)      Bahan makanan
b)      Makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau
c)      Perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar
d)     Sandang
e)      Kesehatan
f)       Pendidikan, rekreasi dan olahraga
g)      Transport dan komunikasi serta jasa keuangan

Jadi, apabila terjadi kenaikan harga terhadap ketujuh kategori di atas, maka komponen volatile foods akan bergerak naik dan memicu laju inflasi dalam negeri.
Kenaikan harga bahan makanan ini juga dikenal dengan istilah Agflasi atau Agriculture Inflation, ialah inflasi yang disebabkan oleh naiknya harga-harga pada produk pertanian.

2.      Administered Price
Adapun untuk administered price, terdapat beberapa contoh yang sering terjadi di Indonesia, seperti kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Oleh sebab itu, ketika harga BBM bersubsidi harganya dinaikkan oleh pemerintah, maka akan memicu inflasi di dalam negeri. Namun, saat ini masyarakat nampaknya sudah mulai menyesuaikan diri terhadap kebutuhannya dan beradaptasi dengan kenaikkan BBM itu sendiri sehingga kenaikan inflasi akibat BBM cenderung berangsur turun. Maka, inflasi yang terjadi pada bulan-bulan berikutnya cenderung menjadi lebih rendah dibandingkan pada bulan pertama dan kedua diterapkannya harga baru untuk BBM bersubsidi. Di samping itu, contoh lain misalnya juga terjadi ketika ada kebijakan pemerintah untuk menaikkan tarif dasar listrik, maupun kenaikkan tarif tol, biasanya akan juga memicu terjadinya inflasi.
3.      Core Inflation
Berikutnya yaitu core inflation atau disebut juga dengan underflying inflation merupakan inflasi yang cenderung tetap dalam setiap pergerakan laju inflasinya. Inflasi ini cenderung mampu dipengaruhi atau dikendalikan oleh Bank Sentral atau BI karena pada umumnya bersifat demand pull inflation atau terjadi karena naiknya permintaan pada momen tertentu. Artinya, bila inflasi inti cenderung naik, maka daya beli masyarakat juga akan turun dikarenakan kenaikan suku bunga acuan, sehingga inflasi akan mereda dengan sendirinya secara keseluruhan.

4.      Imported Inflation
Laju inflasi yang terjadi pada komponen ini cenderung dipengaruhi oleh kebutuhan masyarakat terhadap barang-barang impor yang semakin banyak. Kebijakan stabilitas nilai tukar rupiah merupakan cara cepat yang biasa dilakukan dalam menangani inflasi jenis ini. Menguatnya nilai tukar rupiah akan menekan laju imported inflation seperti yang pernah terjadi pada tahun 2011 lalu. Namun juga terjadi sebaliknya apabila rupiah mengalami depresiasi, maka tingkat inflasi pada barang-barang impor juga berpotensi menalami kenaikan.

Pengaruh Kondisi Geografis Terhadap Laju Inflasi di Indonesia
Faktor lainnya yang juga sangat penting dalam mempengaruhi tingginya inflasi di dalam negeri ialah kondisi geografis Indonesia yang merupakan negara kepulauan. Dibandingkan negara lain di kawasan Asia, inflasi Indonesia cenderung tinggi. 
Sebab, kondisi geografis Indonesia yang berupa negara kepulauan ini mengakibatkan munculnya tambahan ongkos transportasi (distribusi) antar pulau yang biasanya juga mempengaruhi tingginya harga jual barang-barang, khususnya untuk daerah-daerah yang terletak di wilayah Indonesia timur. Dari uraian singkat di atas, tentunya kita sudah dapat melihat dan mengetahui tentang faktor apa saja yang menjadi penyebab inflasi di Indonesia.
Namun, perlu juga diketahui bahwa adanya inflasi merupakan hal yang baik untuk kondisi perekonomian suatu Negara dibandingkan bila terjadi deflasi. Sebab, adanya inflasi terutama yang dipicu oleh demand pull inflation adalah sebagai indikasi tingginya permintaan yang akan mendorong pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. 
Maka, di setiap Negara pun biasanya memiliki kebijakan terhadap target laju inflasi yang masih dianggap nyaman dan membuktikan terjadinya pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.





Daftar Pustaka





Tidak ada komentar:

Posting Komentar